Sampul buku Corat-coret di Toilet karya Eka Kurniawan.

www.sinergispress.com - Buku Eka Kurniawan berjudul “Curat Coret di Toilet” ini pertama kali terbit pada April 2014, lalu dicetak ulang dengan sampul baru pada bulan yang sama di tahun 2016. Eka juga sebelumnya sempat menulis buku menarik lainnya, diantaranya Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis, Cantik Itu luka, Lelaki Harimau, Galak Sedih, Cinta Tak Ada Mati, dan Rindu Harus Dibayar Tuntas. Tulisan-tulisan lainnya juga bisa ditemui di http://ekakurniawan.com.

Buku ini adalah kumpulan dari cerita pendek. Di dalamnya berisikan kisah-kisah yang mengandung semacam jejak sejarah, namun dapat dibalut humor dengan baik, sehingga para pembaca awam sekalipun dapat menikmati isi ceritanya. Dengan tidak mengurangi tajamnya kritik yang disampaikan, menunjukan situasi kemanusiaan yang buruk, dan simpati pada orang-orang yang tertindas, buku ini mampu membuat saya terpikat.

Judul-judul cerpen yang dimasukan dalam buku ini adalah Peter Pan, Dongen Sebelum Bercinta, Corat-Coret di Toilet, Teman Kencan, Rayuan Dusta untuk Marietje, Hikayat si Orang Gila, Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam, Siapa Kirim Aku Bunga?, Tertangkapnya si Bandit Kecil Pencuri Roti, Kisah dari Seorang Kawan, Dewi Amor, dan Kandang Babi. Saya akan sedikit mengulas isi dari tiga kisah pertama dari cerita-cerita tersebut, mungkin dengan sedikit spoiler.

Dalam Peter Pan, kita diajak untuk melihat seberapa tak pedulinya pemerintah saat itu pada rakyatnya, jengkelnya karakter Peter Pan pada pemerintah membuatnya sampai terobsesi melakukan perang gerilya melawan para pejabat, korporasi, Sang Diktaktor. Namun tetap sulit karena lawanya begitu kaya. Jadi dimulai dengan aksi kecil mengajak puluhan temannya Peter Pan mulai melakukan aksi seperti demonstrasi, bernyanyi lagu, dan membaca tuntutan revolusioner, menyebar puisi, menulis selembaran politiknya, poster perjuangan dan lainnya. Bahkan, Peter Pan terus berjuang walau sudah bertahun-tahun lamanya. Sampai suatu waktu, dia berhasil menyadarkan sebagian besar mahasiswa, buruh, pedagang, pegawai kantoran, dan negeri, sampai mereka turun ke jalan serempak karena sadar busuknya Sang Diktaktor. Nahas, karena itu Peter Pan menjadi orang yang paling diincar, diteror, dibungkam, diseret entah kemana, kemudian hilang. Namun dia berhasil melakukan pencapaian besar dengan jatuhnya Sang Diktaktor yang nantinya akan diperingati setiap tanggal 10 April.

Dongeng Sebelum Bercinta, mengisahkan kehidupan sorang pria yang akhirnya berhasil menikahi wanita idamannya. Tetapi sebelum bercinta dengan sang suami pertama kali, dia ingin membacakan dongeng Alice’s Adventures in Wonderland, awalnya si suami menolak namun akhirnya setuju juga. Wanita ini sebenarnya ada maksud yang tak diketahui suami, yaitu menyembunyikan sesuatu, dia takut suami tak bisa terima apa adanya si istri. Ketakutannya ditambah dengan hal tabu yang melekat pada budaya masyarakat di lingkungannya. Kebetulan saja rencana itu berhasil, sudah sebulan lebih semenjak pernikahan, sepasang kekasih itu belum juga bercinta. Suami semakin lama semakin enggan mendengarkan dongeng si istri, bahkan sampai setengah cerita pun tidak berlanjut.

Cerita Corat-Coret di Toilet, menceritakan kejadian tiap harinya pada sebuah toilet di suatu universitas. Berbagai orang-orang yang berbeda dari tiap kalangan muncul secara bergantian memakai toilet dan mengungkapkan pikirannya masing-masing. Dimulai dari tulisan seorang bocah berumur dua puluh tahun yang menulis pada sebuah dinding yang polos, “Reformasi gagal total, Kawan! Mari tuntaskan revolusi demokratik!” Lalu dibalas orang berikutnya yang tidak setuju dam mengungkapkan pendapat untuk tidak menghasut, dilanjut dengan pendapat pengunjung wanita yang kesal dengan tanggapan orang kedua, dilanjut lagi dengan pria yang mencoba menggoda wanita yang menulis kekesalannya sampai mengajak untuk bertemu. Tulisan-tulisan itu saling menyahut, terkadang seobrolan, terkadang tidak seobrolan, tekadang membahas topik berat sampai sangat ringan, membahas ideologi politik, isu, sejarah, komik, komentar cerdas, nakal, hingga bodoh, dan banyak hal acak lainnya, sehingga tulisan-tulisan itu menumpuk seperti terlihat banyak coretan. Suatu hari, atas kebijakan dekan sebagai pihak yang berwenang, toilet pun dibersihkan. Tapi tak lama kemudian coretan baru muncul. Tak tahan dengan hal itu, ada satu mahasiswa alim yang tak kuasa untuk akhirnya memperingati dengan tulisan, “Kawan-kawan, tolong jangan corat-coret di dinding toilet. Jagalah kebersihan. Toilet bukan tempat untuk menampung unek-unek. Salurkan saja aspirasi Anda ke bapak-bapak anggota dewan.” Tetapi tak lama setelah tulisan itu muncul tanggapan “Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet.” Lalu tulisan berikutnya berkata, “Aku juga.” Tulisan kedua juga berbunyi, “Aku juga.” Hingga ratusan orang lain berikutnya juga hanya menulis, “Aku juga.”

Begitulah ketiga cerpen yang terdapat dalam buku ini. Sebagai tambahan, sebelum lembar akhir buku terdapat catatan tambahan mengenai buku ini, tentang isi cerita, seperti keterangan awal terbit, kapan cerita kembali diubah lalu diterbitkan dengan versi sedikit diubah, lengkap dengan nomor, bulan, juga tahun.


Penulis: Michael Frans Hermanias

Editor: Tri Asep Tumbara