Stop Violence Fist. IMAGE/Pixabay


www.sinergispress.com Tindakan sewenang-wenang terhadap pers mahasiswa kembali terjadi. Kali ini menimpa Achmad Rizky Muazam, jurnalis Lembaga Pers Mahasiswa Progress Unindra, karena tulisannya yang mengkritik sikap HMI Komisariat FTMIPA Unindra yang mendukung Omnibus Law.

Awalnya, Rizky dengan temannya sesama anggota LPM Progress diminta bertemu oleh HMI Komisariat FTMIPA Unindra untuk membicarakan tulisannya. Rizky sudah menjelaskan tulisan yang dibuatnya, namun perdebatan memanas, pihak HMI tidak terima dengan penjelasan tersebut. Beberapa orang tiba-tiba berdatangan, salah satunya mengancam dengan sebilah parang. Karena hal itu beberapa orang pun langsung mengerumuninya.

Tidak lama kemudian, Rizky dipukul dari arah belakang, pukulan tersebut mengenai bagian telinga dan wajahnya. Temannya berusaha melindungi dan menarik Rizky dari tempat kejadian untuk menyelamatkan diri. Namun pihak HMI terus mengejar mereka walaupun warga sekitar sudah berusaha melerai.

Karena kejadian itu, bibir Rizky sobek dan berdarah. Darah mengucur sampai ke sweater kuning yang dikenakannya.

Kami dari LPM Sinergis Universitas Kuningan mengutuk tindakan pemukulan yang dilakukan kader HMI Komisariat FTMIPA Unindra. Tindakan tersebut merupakan tindakan anti-pikiran dan sama sekali tidak mencerminkan sikap seorang mahasiswa.

Mahasiswa seharusnya terbuka terhadap berbagai pemikiran, termasuk terhadap berbagai pendapat, entah pendapat tersebut sejalan dengan pemikirannya atau tidak.

Pemikiran—yang mengambil wujudnya dalam tulisan adalah hal yang yang digeluti mahasiswa, itulah medan bertempur mahasiswa. Jika peluru dan bedil adalah senjata tentara, maka bacaan dan tulisan adalah senjata mahasiswa.

Pemikiran seharusnya dilawan dengan pemikiran, tulisan dengan tulisan, itulah sikap seorang mahasiswa. Dalam kejadian itu, LPM Progress sebenarnya sudah menawarkan untuk membuat tulisan hak jawab, namun pihak HMI Komisariat FTMIPA Unindra lebih memilih untuk memukuli penulisnya. Pemikiran dilawan dengan kekerasan, sungguh tidak beradab.

Apa yang membedakan manusia dengan binatang lainnya adalah hanya manusia yang mampu berpikir secara abstrak—dengan itu menghasilkan pemikiran. Kemampuan berpikir kita yang membuat kita lebih tinggi, bukan kemampuan fisik. Orang yang melawan tulisan dengan kekerasan fisik, tempat yang layaknya bukan di masyarakat, tapi di alam liar Afrika, biarkan dia bertarung dengan singa.

Terlebih, kami sangat menyayangkan tindakan kekerasan tersebut justru datang dari sesama mahasiswa. Tindakan sewenang-wenang terhadap pers mahasiswa kini tidak hanya datang dari atas seperti yang dialami Suara USU dan LPM Teropong, tetapi juga secara horizontal datang dari sesama mahasiswa.

Kami ada bersama LPM Progress untuk menuntut keadilan dan mendorong pihak berwenang untuk mengadili pihak HMI Komisariat FTMIPA Unindra yang melakukan tindakan pemukulan.


Penulis: Sinergis