Cover film 27 Steps of May

Sumber : Kompas.com


Judul Resensi : Tentang Luka dan Trauma

Judul Film : 27 Steps of May

Sutradara : Ravi Bharwani

Penulis dan Produksi : Rayya Makarim

Penyunting : Wawan I. Wibowo

Tanggal Rilis : 28 November 2018

Durasi : 1 jam 52 menit

 

www.sinergispress.com - Film 27 Steps of May menceritakan tentang luka dan trauma seorang korban pemerkosaan. Film ini berhasil mendapatkan 15 nominasi di ajang Festival Film Tempo tahun 2018 dan Festival Film Indonesia tahun 2019. Film 27 Steps of May berhasil meraih penghargaan dalam 3 kategori yaitu, Aktris Utama Pilihan Tempo (Raihaanun) dan Skenario Pilihan Tempo (Rayya Makarim) dalam Festival Film Tempo 2018. Pemeran Utama Wanita Terbaik (Raihaanun) dalam Festival Film Indonesia 2019.

Dengan berhasil mendapatkan banyak penghargaan, film ini sangat bagus dan menarik untuk ditonton oleh semua kalangan khususnya untuk anak muda Indonesia. Di dalam film ini menceritakan tentang seorang perempuan yang masih duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA) bernama May yang diperankan oleh Raihaanun. Cerita bermula saat May bermain di pasar malam bersama teman-temannya. Saat hendak pulang menuju rumahnya, di tengah jalan ia dikejutkan dengan beberapa preman yang menarik paksa dirinya dan diperkosa oleh para preman secara bergantian. Tidak hanya itu, May juga diperlakukan dengan kasar yaitu diikat, ditampar, dan dipaksa untuk memakan sebuah makanan.

Setelah kejadian itu, May menjadi orang yang sangat pendiam, tidak pernah berani berbicara dengan siapapun bahkan dengan Ayahnya sendiri. Setelah 8 tahun lamanya May masih menyimpan luka, sakit, dan trauma akan masa lalunya. Akibat luka dan trauma yang begitu mendalam, May hanya bisa berdiam diri di kamar tanpa berbicara, menarik diri dari kehidupan sosial. Sementara Ayahnya yang diperankan oleh Lukman Sardi terjebak dalam perasaan bersalah karena sebagai orang tua ia tidak bisa mengambil sikap yang seharusnya sebagai orang tua. Selain Ayahnya membuat boneka, Ayah May adalah seorang petinju, hal tersebut juga merupakan salah satu cara ia untuk menyalurkan amarah dan rasa bersalahnya terhadap May.

Sehari-hari May membantu Ayahnya membuat boneka. Di dalam film ini tidak menampilkan percakapan antara May dan Ayahnya. Namun, penonton dapat merasakan emosi yang disampaikan antara May dan Ayahnya. May mulai berubah ketika ia melihat seorang pesulap di celah dinding kamarnya, pesulap yang diperankan oleh Ario Bayu itu telah berhasil membangkitkan rasa penasaran dan emosinya. May mulai bisa sedikit tersenyum karena ia terhibur dengan adanya pesulap tersebut. Tetapi, saat seseorang menyentuh tangannya ia langsung mengingat kilas balik kejadian 8 tahun lalu dan membuatnya melakukan Self  Harm. Seiring dengan berjalannya waktu semenjak kehadiran pesulap tersebut, May mulai berani membebaskan diri dan keluar dari trauma masa lalunya.

Kisah pilu yang dialami oleh May dalam film ini menjadi pembelajaran bagi kita semua bahwasannya kasus pelecehan seksual tersebut telah merenggut jiwa, jati diri, mental, bahkan fisiknya. Kisah yang dialami May menyisakan luka dan trauma yang mendalam akan masa lalu. Namun, semua itu sedikit demi sedikit dapat terobati atas support dari orang-orang terdekat serta usaha dirinya yang mau bangkit dari keterpurukan.

 

 

Penulis : Fera Azmii Aqil A'isy

Editor   : Astri Apriliani