(Dokumentasi para murid dan volunteer Sekolah Ruma)
www.sinergispress.com - Berdasarkan data yang dikutip dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka putus sekolah di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Pada tahun 2021, angka putus sekolah tingkat SD sebesar 0,65%, kemudian pada tahun 2022 meningkat menjadi 0,71%. Selanjutnya, angka putus sekolah tingkat SMP pada tahun 2021 adalah 6,77%, dan pada tahun 2022 meningkat menjadi 6,94%. Angka putus sekolah tingkat SMA/sederajat pada tahun 2021 adalah 21,47%, kemudian pada tahun 2022 meningkat menjadi 22,52%. BPS mencatat bahwa sekitar 76% keluarga mengalami kesulitan ekonomi sebagai penyebab utama putus sekolah anak-anak. Hal ini menjadi perhatian bagi masyarakat, termasuk Siti Karomah Maulidah.
Siti Karomah Maulidah, wanita yang lahir di Jakarta pada tanggal 14 Agustus 1999, merupakan lulusan Sarjana Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Indonesia. Meskipun memiliki latar belakang pendidikan di bidang kesehatan masyarakat, dia memiliki minat dan kepedulian yang besar terhadap pendidikan.
"Ketika saya masih SD, ayah saya meninggal, dan saya menghadapi kendala ekonomi dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, saya tidak menyerah begitu saja. Saya selalu belajar dengan tekun dan berusaha mempertahankan peringkat lima besar di kelas agar dapat terus menerima bantuan keuangan untuk pendidikan. Akhirnya, saya berhasil meraih gelar sarjana dengan beasiswa penuh. Pengalaman ini mendorong saya untuk fokus dalam bidang pendidikan karena saya ingin memotivasi adik-adik yang menghadapi kendala serupa agar tidak mudah menyerah dalam mengejar impian mereka," jelas Siti Karomah Maulidah.
Sebagai bentuk kontribusi nyata untuk pendidikan di Indonesia, Siti Karomah Maulidah terlibat dalam Sekola Ruma sebagai tutor. Sekola Ruma adalah fasilitas belajar gratis untuk adik-adik yang diinisiasi oleh Taman School dan Young on Top dan berlokasi di Kota Tangerang. Program Sekola Ruma tidak dapat berjalan dengan lancar tanpa kontribusi dari berbagai pihak, termasuk para relawan. Program ini melibatkan 21 orang relawan. Pada minggu pertama, program dimulai dengan perkenalan semua relawan inti dan relawan, perkenalan program, serta penelitian analisis kebutuhan melalui wawancara mendalam dengan masyarakat sekitar.
Wawancara mendalam ini bertujuan agar tim Sekola Ruma dapat mendengarkan secara langsung permasalahan pendidikan yang terjadi dan kebutuhan masyarakat sekitar. Hasil analisis survei ini akan memudahkan tim dalam melakukan brainstorming dan menindaklanjuti program serta kurikulum yang akan diimplementasikan. Pada minggu kedua, para relawan melakukan kegiatan belajar-mengajar secara langsung dengan partisipasi sekitar 35 anak, mulai dari kelas 1 Sekolah Dasar (SD) hingga kelas 6 SD. Mata pelajaran yang diajarkan adalah matematika dan bahasa Inggris. Saat Sekola Ruma pertama kali dibuka, jumlah pesertanya melimpah dan melebihi ekspektasi. Semangat belajar anak-anak sangat tinggi, dan senyum kebahagiaan terpancar dari bibir para orang tua saat mengantarkan anak-anak mereka untuk belajar di Sekola Ruma.
"Saya ingin generasi muda mendapatkan akses pendidikan yang layak tanpa harus khawatir terkendala oleh faktor ekonomi. Bisa bergabung dengan individu cerdas yang memiliki visi yang sama adalah sebuah keberuntungan. Semoga Sekola Ruma dan upaya saya saat ini dapat memberikan manfaat dan dampak positif bagi banyak orang," ungkap Siti Karomah Maulidah.
Penulis : Ocha
Editor: Lulu
0 Komentar