(Dokumentasi Focus Group Discussion Tenaga Pengajar tentang Metode Pembelajaran Teater di Sekolah)

Teater Sado, di bawah Yayasan Sado Aan Sugianto Mas, sukses menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Metode Pembelajaran Teater di Sekolah” yang berlangsung di Gedung Student Center Iman Hidayat, Universitas Kuningan, pada Kamis (15/05/2025).

FGD ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajarkan teater dan memperkenalkan hubungan antara seni, pendidikan, dan teater untuk menghasilkan metode pembelajaran yang efektif dan inovatif di sekolah. Acara ini dihadiri oleh sekitar 150 guru jenjang SMP dan SMA di Kuningan, serta puluhan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Uniku.

Sesi pertama diisi oleh E. Sumadiningrat yang memaparkan tema “Inovasi dalam Pembelajaran Seni Teater”. Ia menekankan pendekatan yang menggabungkan ekspresi seni dengan pengembangan karakter siswa. Menurutnya, pembelajaran teater di sekolah dasar perlu memperhatikan imajinasi anak agar tak dipatahkan saat berlatih. Ia memberikan contoh kasus bahwa ketika seorang siswa memerankan harimau tetapi suaranya melengking, guru bisa menjadikannya “anak harimau”. Sementara itu, siswa lain yang bersuara mengaum dapat berperan sebagai “bapak harimau”. Pendekatan ini mendorong semangat belajar siswa dalam pengajaran teater.

Begitupun untuk jenjang sekolah yang lebih tinggi, ia mengenalkan konsep 4C (creativity, critical thinking, communication, collaboration) sebagai dasar pembelajaran teater yang membentuk karakter dan rasa percaya diri siswa.

“Itu bagaimana mangajarkan, supaya anak (siswa) itu berpikir mendalam, bukan berpikir meluas,” ujarnya dalam sesi pemaparan.

Lebih lengkapnya untuk mendukung guru dalam proses pembelajaran teater, ia merekomendasikan buku yang ditulisnya yakni Buku Panduan Guru Seni Teater untuk SMA/SMK Kelas X yang telah terbit di Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI).

Sesi kedua, D. Ipung Kusmawi membahas “Studi Kasus/Penerapan Pengajaran Teater di Sekolah”. Sesi ini mengupas praktik nyata penerapan teater dalam kurikulum dengan fokus pada peningkatan kreativitas dan kolaborasi siswa. Ipung memulai dengan simulasi mengajar yang diawal ada ice breaking berupa meditasi terpandu. Peserta diajak mengatur pernapasan, memusatkan perhatian pada suara di sekitar, lalu mengimajinasikan objek yang didengar. Setelahnya, melanjutkan simulasi mengajar dengan materi teater yang dibawakannya.

"Kuncinya adalah bagaimana berusaha keras mendekatkan materi ke anak didik kita. Kalau pun kita kecut hatinya, tapi segarkan suasananya di kelas,” ungkapnya.

Sesi terakhir, dimeriahkan dengan penampilan musikalisasi puisi dan diskusi secara berkelompok sebanyak 10 peserta. Adanya diskusi ini menghasilkan umpan balik mengenai tantangan dan solusi dalam pengajaran teater di sekolah yang ditulis pada lembaran kerja dan hasilnya dibacakan oleh perwakilan setiap kelompok diskusi.


Penulis: Dea Cahaya Ramdona

Editor: Azka Halima