Pertunjukkan teater "Negeri Mamamiwa Waombeh" |
www.sinergispress.com – Himpunan Mahasiswa (Hima) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) berkolaborasi bersama Dapur Sastra (Dapsas) mempertunjukkan teater yang berjudul “Negeri Mamamiwa Waombeh” yang disutradai oleh Tifani Kautsar. Pertunjukkan ini digelar dari Senin (28/02/2022) sampai dengan Jumat (04/03/2022) di gedung Student center Imam Hidayat Universitas Kuningan. Acara ini turut dimeriahkan dengan adanya penayang film berjudul “Nyi Murtasiyah” yang diproduksi oleh Majelis Seni dan Tradisi (MeSTi) Cirebon.
Diselenggarakannya teater ini merupakan buah dari kerinduan para panitia terhadap pertunjukkan teater. Salah satu hal yang dikenal oleh masyarakat dari Uniku adalah berkeseniannya, yang mana biasanya ada pertunjukkan teater dari Teater Pecut Dapur Sastra dan Teater Sado. Namun, selama adanya pandemi covid-19, pementasan teater yang biasanya diselenggarakan setiap tahun sempat terhenti.
“Kebetulan ada event, ada momen penayangan film dari MeSTi, kenapa tidak sekalian kita pentaskan sebuah teater, mini-drama. Saya berkoordinasi dengan pembina Dapur Sastra kemudian kepala Prodi PBSI dan disetujuilah sekalian bernostalgia,” tutur Tifani saat diwawancarai (03/03/2022).
Menurut Tifani, sutradara sekaligus penulis naskah, berawal dari dipilihnya beliau untuk menuliskan sebuah naskah drama munculah ide untuk menyampaikan cerita mengenai hiruk pikuk di negeri ini. Judul “Negeri Mamamiwa Waombeh” sendiri diambil dari nyanyian anaknya yang saat itu berusia dua tahun dan sering menyanyikan lagu berlirik “Eh si Ocoy mamamiwa waombeh”. Namun, saat ditanya mengenai maksud dari nyanyiannya si anak hanya tertawa. Dari sana, Tifani berpikir bahwa itu sebuah misteri dan hanya menjadi rahasia si anak, sehingga diambilnya nama Mamamiwa Waombeh untuk menceritakan dunia anak-anak yang dikemas seolah-olah dewasa. Walaupun demikian, di dalam teater ini diselipkan sedikit unsur politik juga pandemi karena target penonton teater ini adalah remaja.
Untuk menampilkan teater ini, pihak-pihak yang terkait melakukan persiapan dalam kurun waktu satu bulan. Mulai dari menulis naskah, memilih aktor-aktor yang akan ikut berperan, mengumpulkan properti-properti yang dibutuhkan, juga mematangkan akting para pemeran. Pihak-pihak yang dilibatkan ada mahasiswa Uniku dari berbagai fakultas khususnya anggota Dapsas, beberapa dosen, sebagian alumni Prodi PBSI juga masyarakat umum. Adapun kendala yang mereka hadapi ketika mempersiapkan teater ini berkisar pada cuaca yang tidak menentu sehingga pihak-pihak yang terlibat tidak bisa hadir ke lokasi, ataupun waktu karena ada pembatasan kegiatan di kampus 1 Uniku saat jam tertentu.
Pesan yang ingin disampaikan oleh Tifani melalui teater ini adalah bahwa kita tidak boleh meremehkan hal sekecil apapun. “Dalam situasi apapun kita harus sadar bahwa yang kita hadapi adalah manusia dan kembali lagi kepada Tuhan, artinya jangan menganggap sepele hal apapun sekalipun buang air” jelas Tifani. “Pesannya di teater ini dari hidup untuk kehidupan. Kehidupan ini akan terasa hidup oleh orang-orang hidup” tambahnya. Tifani juga berharap bahwa penonton dapat belajar dan merasakan kebahagiaan setelah menyaksikan pementasannya.
Di samping itu, Rafsanzany Hilman sebagai asisten sutradara menyampaikan bahwa tujuan diadakannya acara ini merupakan implementasi untuk saling mengerti esensi dari setiap bentuk seni. Rafsanzany memaparkan bahwa teater merupakan seni kolaboratif di mana beberapa cabang dari seni saling menguatkan suasana dalam pertunjukkan, seperti seni tari, seni musik, seni rupa, dan lainnya.
Hanif Mattin, ketua pelaksana, berbagi informasi tambahan mengenai jalannya acara. Dia menyampaikan bahwa setiap harinya (selama pementasan) dibagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama dilaksanakan dari pukul 08.00 WIB, sedangkan sesi kedua dimulai pada pukul 13.00 WIB. Hanif mengkonfirmasi bahwa pementasan teater ini merupakan hal baru dalam proker Hima PBSI. “Salah satu yang menjadi tujuan kami dengan adanya proker ini adalah sebagai sarana untuk mempromosikan Uniku, apalagi Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) akan segera dibuka,” paparnya.
Selain itu, beberapa penonton pun sangat senang dengan adanya acara ini. “Menurutku ini bagus banget, apalagi ini bisa membantu ngebangun nama Uniku,” ujar salah satu penonton. “Dari teater ini aku bisa dapat sesuatu bahwa apa yang terlihat jelek itu tidak semuanya jelek, mungkin ada sisi baik di belakangnya,” ucap penonton lain.
Terakhir, pihak-pihak yang terlibat khususnya sutradara mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rektor, Wakil Rektor IV, pegawai satpam, Dekan FKIP, guru-guru sekolah, para orang tua, Kapolres, Polsek, Satgas Covid, serta Disdikbud.
Reporter: Aldi Pramudiya, Elsa Nur Sabela, Muhammad Rofiddin
Penulis: Muhammad Rofiddin
Editor: Luqyana Pazri Alamsyah
1 Komentar
Mantap, next time nunggu garapan selanjutnya full teater.
BalasHapus